Selasa, 31 Januari 2012

Sains dan Teknologi dalam Islam

Al-Qur’an yang dipegang teguh oleh umat islam memiliki kebenaran yang berlaku sepenjang zaman karena di dalamnya terdapat aturan serta petunjuk yang berasal dari Allah SWT. Selain itu Al-Qur’an juga satu-satunya bacaan yang dihitung ayat dan berapa jumlah hurufnya serta diketahui sejarah ayat demi ayatnya, kapan waktu tempat dan mengapa ia diturunkan

Al-Qur’an bukan hanya sumber pengetahuan bagi metafisis dan religius. Tapi semua ilmu pengetahuan. Prinsip yang ada di dalam Al-Qur’an dijadikan dasar bagi semua ilmu pengetahuan. Karena pengetahuan yang ada di dalam Al-Qur’an itu diterapkan dalam ilmu dan prinsip. Al-Qur’an dapat dikatakan sebegai kerangka kegiatan intelektual islam selain dijadikan pedoman hidup bagi umat allah SWT baik untuk petani yang dipelosok desa. Maupun ahli Grafika yang ada di Universitas besar ditengah kota megapolitan. Al-Qur’an memiliki berbagai tingkat pengertian dan memiliki makna yang berlapis. Jadi, untuk mempelajarinya pun kita harus banyak mempersiapkan diri. Al-Qur’an berpengaruh sentral bagi perkembnagan umat islam.

Karena hal itulah Al-Qur’an sangat istimewa di mata Islam. Umat islam yang dinaungi oleh cerahnya sinar keemasan pernah mencapai masa keemasannya dibidang sains, teknologi filasafat. Tepatnya dibawah Dinasti Abbasiyah yang berkuasa sekitar abad ke-8 sampai ke-15. Masa keemasan itu ditandai oleh berkembangnya tradisi intelektual dan kuatnya spirit pencarian serta pengembangan ilmu pengetahuan yang diawali dengan translasi massif karya-karya tulis para filsuf yunani kuno. Dalam rentang masa keemasan ini, lahir para ilmuwan besar dan masyhur, seperti Al-Biruni (fisika, kedokteran), Jabir Ibn Hayyan (kimia), Al Khawarizmi (matematika), Al-Kindi (filsafat), Al-Razi (kimia, kedokteran), juga Al-Bitruji (astronomi). Selain itu, juga ada Ibn Haitsam (teknik, optik), Ibn Sina (kedokteran), Ibn Rusyd (filsafat) dan Ibn Khaldun (sejarah, sosiologi).

Nama-nama tersebut merupakan nama-nama besar yang telah sangat dikenal sejak lama. Sejarah ilmu pengetahuan terus menguak nama-nama sarjana muslim pada masa keemasan peradaban Islam. Abu Al-Wafa’ Al-Buzjani yang mempunyai nama lengkap Abu Al-Wafa’ Muhammad ibn Muhammad ibn Yahya bin Ismail ibn Abbas Al-Buzjani (I.940 M) adalah pencetus rumus sinus, kosinus, sekan, kosekan. Sebelum Ibn Haitsam, Dunia Islam telah memiliki ahli optik pencetus hukum pembiasan cahaya, yaitu Ibn Sahl ayau Abu Sad Al-Ala ibn Sahl (I. 940 M, w. 1000 M). Al-Dinawari yang mempunyai nama lengkap Abu Hanifah Ahmad Ibn Dawud Dinawari lahir pada 828 M di kpta Dinawar, menulis Al-Nabat (buku tumbuh-tumbuhan) yang membahas 637 jenis tanaman, tahap demi tapat sejak tumbuhan hingga mati.

Ilmuwan muslim tidak hanya memelopori bidang sains dan kedokteran, tetapi juga bidang teknik atau rekayasa. Abbas Qasim ibn Firnas atau ibn Firnas saja adalah sarjana pertama yang membuat percobaan penerbangan. Pada tahun 825, Ibn Firnas menggunakan satu set sayap dari kain yang dibentangkan dengan kayu melompat dari menara Mesjid Agung Cordova. Percobaannya terus diperbaiki dan ia menjadi terbang secara terkendali.

Syaikh Rais Al-Amal Badi Al-Zaman Abu Al-‘Izz Ibn Ismail Ibn Al-Razzaz Al-Jazari adalah sarjana pertama yang mengenbangkan robotika pada abad ke-13. Robot pertama Al-Jazari berbentuk perahu dan diapingkan di danau ditumpangi empat robot pemain musik.

Sarjana-sarjana muslim tersebut telah memberi sentuhan manis untuk kemajuan ilmu pengetahuan dunia modern saat ini. Karena karena sentuhan dari dunia islam lah dunia ilmu pengetahuan modern mengalami transmisi. Melalui dunia islamlah barat mendapatkan akses tak ternilai yaitu memperdalam dunia teknologiyang dimiliki. Tapa peran sarjana muslim klasik. Tidak mungkin disaksikan telepon, mesin faks, televisi, pesawat ulang-alik atapun komputer.

Euphoria karena kejayaan umat islam yang dulu sekarang tinggal kenangan karena negeri-negeri muslim sangat miris. Karena pada umumnya negeri-negeri muslimnya masih miskin, bodoh, malas dan tidak termotivasi. Duadasawarsa awal abad 15 Hijriah. Itulah gaung terakhir kejayaan umat muslim. Selebihnya, semuanya hanya kenangan.

Di kota-kota besar di Indonesia diselenggarakan kegiatan seperti festival seni muslim yang menayangkan kisah kehebatan para sarjana muslim yang menampilkan kisah ketangguhan para Sarjana Muslim generasi awal yang mendominasi panggung dan siap untuk memotivasi umat. Tetapi sayang, kegiatan seperti ini malah menjadi dongen tidur buat mereka bahkan hingga kini. Artinya umat Islam masih tertidur hingga kini.

Guru besar Syaikh Jauhari Thanthawi, guru besar Universitas Kairo. Di dalam tafsirnya menulis bahwa dii dalam kitab suci Al-Qur’an terdapat lebih dari 750 ayat kauniyah (ayat-ayat semesta) dan hanya sekitar 150 ayat fiqih. Sangat disayangkan karena anehnya para ulama telah menulis ribuan kitab fiqih dan lupa menulis kitab yang berkenaan dengan alam raya dan isinya.

Dana, waktu, pikiran dan tenaga telah habis terkuras oleh para ulama hanya untuk persoalan fiqih dan tak jarang mereka bersitegang karenanya. Selain disibukkan dengan urusan fiqih. Pengelamana dan pengamalan kita memang cenderung esoteris karena mengabaikan serta meremehkan akal

Sains adalah produk rill dariakal yang sudah terbukti sangat ampuh dan dasyhat. Dalam rentang waktu pendek, negara-negara yang terbelakang seperti afghanistan dan irak luluh lantak oleh produk sains yang dihasilkan negara-negara barat khususnyaamerika dan inggris. Akhirnya negara-negara maju menjadi kiblat semua peradaban. Baik saind maupun teknologi. Dan umunya negara-negara maju yang menjadi kiblat peadaban pada saat itu adalah negara-negara yang memiliki kemampuan baik dalam sains dan teknologinya. Negara-negara berpenduduk mayoritas muslim seperti indonesia umumnya memiliki sumber daya manusia yang sangat banyak. Lengkap dengan sumber daya alamnya. Tetapi hal itu tidak membawa kemakmuran bagi kemakmuran dan kesejahteraan umat muslim indonesia. Sangat tak lazim apabila negara yang memiliki sumber daya alam dan manusia yang meimpah justru terlilit hutang dan malah menjadi pemasok tenaga kerja kasar. Sumber daya alam seperti laut yang sedemikian besar terabaikan bahkan minyak, maupun emas. Kita tidak mampu mengelolanya sendiri dan malah memilih untuk meminta bantuan orang asing. Sebabnya satu: kita, umat islam tidak menguasai ilmu pengetahuan, baik teoritis maupun praktis.

Tahun 2000 lalu. Islamic Educational Scientifis dan Cultural Organizatin (ISESCO) melaporkan bahwa sebanyak 57 negara islam yang tergabung dalam OKI dan memiliki sekitar 1,1 miliar penduduk atau 20 persen penduduk dunia, mendiami wilayah seluas 26,6 juta kilometer persegi dan menyimpan 73 persen cadangan minyak dunia, memiliki GNP yang hanya sebesar 1,016 miliar dolar AS. Angka yangat kecil, bila dibandingkan dengan negara Prancis yang berpenduduk kurang dari 60 juta jiwa dan mendiami wilayah sekitar setengah juta kilometer persegi serta mempunyai GNP sebesar 1,293 miliar dolar AS.

Kenyataan tersebut terjadi karena negara-negara maju, termasuk Prancis yang berpenduduk kurang dari 60 juta jiwa dan mendiami wilayah sekitar setengah jutakilometer serat mempunyai GNP sebesar 1,293 miliardolar AS. Juga karena menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pertumbuhan ekonominya, sementara negara-negara islam hanya menerapkan perekonomiannya pada input yang bersifat kualitatif semata. Dunia islam yang pernah ma karena mendasarkan pertumbuhan ekonominya pada ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara negara-negara Islam hanya pergantung pada input yang bersifat kualitatif semata. Dunia Islam yang pernah menjadi raksasa dibidang sains dan teknologi sampai Abad Pertengahan, kini memasuki milenium ketiga dan mirisnya dunia Islam hanya tampil sebagai bangsa-bangsa pinggiran dan serpihan belaka.

Globalisasi dunia yang telah memasuki tahap tiga. Ternyata masih tidak bisa diikuti oleh negara-negara muslim, kecuali Malaysia. Padalah globalisasi telah membuka kesempatan luas bagi setiap negara untuk dapat ikut bermain di dalamnya asalkan dapat memengaruhi pasar menuju kurva ke atas bukan kebawah.

Kenyataannya kontribusi negara-negara islam terjadap sains danpengembangannya masih sangat minim. Merujuk data Science Citation Index 2003, 46 negara Islam memberikan kontribusi 1,17 persen penerbitan karya ilmiah dunia. Angka ini masih sangat minim jika dibandingkan dengan sumbangan satu negara seperti India dan Spanyol yang masing-masing 1,66 persen dan 1,48 persen. Sebanyak 20 negara arab menyumbang 0,55 persen dari total karya ilmiah dunia, sedangkan satu Israel saja menyumbang 0,89 persen. Sementara negara-negara maju seperti Jerman, Inggris atau Jepang berturut-turut menyumbang 7,1 persen, 7,9 persen dan 8,2 persen apalagi Amerika yang 30,8 persen.

Terkait dengan angggaran yang disediakan untuk kepentingan pengembangan sains dan teknologi, seperti riset dan pengembangan serta dukungan aktivitas ilmiah lainnya. Negara-negara Islam hanya mengalokasikan anggara belanja sebanyak 0,45 persen dari GNP sedangkan negara-negara maju yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation dan Development (OECD) menghabiskan dana sebanyak 2,30 persen dari GNP untuk keperluan yang sama. Ketersediaan sumber daya manusia untuk mendukung kegiatan riset dan pengembangan di negara-negara islam juga terbatas.

Kenapa sains penting dalam dunia Islam? Karena suatu kaum tidak akan maju tanpa adanya sains. Tujuan sains Islam adalah mencari tahu segala sesuatu sebagaimana yang diberikan oleh Tuhan dalam Al-Qur’an. Sains Islam juga bertujuan memperlihatkan kesatuan hukum alam, kesalinghubungan setiap aspeknya. Mengenal alam dan hukum setiap spesies wujud berarti mengenal Islam atau sikap tunduk spesies-spesies tersebut pada kehendak illahi karena menurut Al-Qur’an, seluruh makhluk selain manusia adalah muslim.

“Dan di dalam surga itu mereka diberi minum segelas minuman becampur jahe” (QS Al-Insaan [76]:17)

Disini kita sebagai umat muslim tentu tau, seberapa indahnya Surga pun minuman yang berasal dari surga juga. Tidak kah kita bertanya. Kenapa harus jahe? Kenapa harus jahe yang menjadi bahan campuran bagi orang-orang yang tinggal di surga kelak? Kenapa tidak jus alpukat, air teh, kopi atau yang lainnya? Hal ini tentu nya akan memancing rasa keingintahuan sarjana muslim dari bidang biologi. Untuk mengetahui mengapa harus jaeh. Maka sarjana muslim tersebut harus memetakan temulawak, kunyit dan kencur.

Islam diakui seluruh umat islam yang ada di dunia bahkan sering di suarakan sebagai ajaran yang sempurna karena bepegang kepada ajaran Allah SWT. Dimana nabi Muhammad SAW sebagai panutan bagi umatnya. Dan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Tetapi sayangnya kita jugalah yang sedikit demi sedikit mereduksi misi mulia islam sebagai rahmat bagi sleuruh isi alam dan mirisnya sekarang hanya eksis dalam bentuk jargon. Kesempurnaan islam terutama dalam bentuk sains sudah lama terabaikan hingga tersembunyikan. Dan kini perlu ditampilkan kembali. Agar misi mulia Islam tidak hanya eksis dalam bentuk jargon saja. Semoga. Amin. Al-Qur’an telah memberikan pesan yang cukup jelas tentang hal ini.




PS : UAS Take Home matakuliah Pengantar Penerbitan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar