Rindu
ku benamkan kemana selama ini? menumpuk saat kudapati kini. mengingat bayang mereka yang jauh. pada waktu yang kian sempit :"(
perih, senyumku habis, hilang. ditelan perih
kutitip puisi rindu, pada dentingan gerimis pilu
ah, jarak. karena kau lah lahirlah rindu. juga pilu. sebab tiada ku sangsikan diriku sendiri. betapa nian. Allah dan Do'a kalian insyaAllah selalu menemani
lantas. haruskah aku pergi kelaut berharap gelombang kan menyampaikan gaung "cita merindukan kalian" kan sampai?
Rindu. satu kata yang terdiri dari lima huruf yang mampu menggetarkan hatiku. perih.. rindu yang kudapati kini sudah menumpuk. beku, berselimut rindu.
seperti orang gila, aku terkapar dikeramaian. tertawa, menjadi robot, mengejar masa depan yang sudah pasti! isinya adalah aku yang bukan aku yang dulu lagi.
tapi tak apa, aku tak berkata itu hal yang buruk bukan?
terbata membaca rindu. diantara kemeriahan pekerja-pekerja dibawah tekanan mereka masing-masing. aku memilih sunyi, hingga aku tak sadar aku telah berlaku seperti mereka. ya, masa depan itu hanya kenangan. atau masa lalu yang hanya kenangan.
sekali lagi, aku memilih sunyi. sunyi menatap hektaran rindu untuk kalian. heran, kenapa hektaran rindu ini tak nampak. apa yang membubuhi mataku? akankah aku lupa aku membubuhi sesuatu dimataku hingga yang berhektar seperti rindu ini pun tak nampak?
ketika malam berjatuhan, hingga mendamparkan pagi. dan untuk kesekian kalinya. aku merasa kalian begitu jauh :"( meski kita saling berteduh di langit yang sama
perih dan sakit hanya tertawarkan dan tereda oleh Dzikir dan Do'a. dan kini puisi mencoba menjadi nyanyian yang mengharukan. dalam senyam airmata perlahan menitih
Cita Rindu kalian Ma, Pa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar