Minggu, 03 Oktober 2010

gue mau posting tugas menulis puisi gue :)

SEHELAI KAIN BATIK
Kupetik sudut terang temaram malam. Bulatan cahaya lilin kecil yang ditemani seorang wanita tua pengrajin batik yang melukis dengan sepasang kacamata yang tersangkut di bawah matanya. Diluar terdengar ombak yang berkejar kejar dengan liarnya mencoba untuk mengetuk malam. Mencari rembulan terperangkap kelam di pulau dewata.
Ku seret kaki ku, Nafasku menjadi panjang saat ku mendongak melihat angka yang dipilih oleh si jarum pendek. “Satu” desisku. Kutunggu saja kian waktu sampai wanita tua itu jemu dan mendatangi ku untuk memelukku yang termakan dinginnya hujan.
Aku mohon hentikan. Aku letih mendongak. Aku bahkan melupakan petir yang menakutkan. Batik mu membuat ku lebih takut sekaligus takjub. Namun itu adalah serangkaian kata yang tak sampai. Dirintik gerimis malam. Sesungguhnya aku menanti putri pagi dari tempat peradunya. Agar aku bisa mengagumi batik itu dengan putri pagi. Memegang nya dengan mesra. Seolah bertemu kekasih yang lama tak dijumpai. Menggenggam nya agar tak di ambil oleh pemburu harta. Masih mendongak mengintip keistimewaan, ke agungan. Membuat bayang bayang karakter beribu rupa. Pelukis yang sabar, teliti, dan gigih. Meski angin menerpa dari bawah lantai. Sekejap! Membuat tubuh Wanita itu merinding. Meski angin yang membantai seng rumah kami menjerit. Wanita itu tetap tertuju pada Batik nya. Dengan tekun ia gambar siluet siluet yang menggambarkan ke anggunan panorama Berlian yang kita tempati.
Wanita tua itu… bayang-bayangnya sudah mulai menyatu diri. Tapi jemari keriputnya tak juga berdiam. Dengan lembut, dengan anggun di sentuhnya kain kosong dengan rasa cinta. Sungguh menggambar kan lembut nya bahasa berlian yang kita tempati. Batik adalah salah satu jiwa berlian ini. Seolah karakter jiwa berlian tercurahkan melalui wanita wanita seperti wanita tua itu.
Subuh mulai memanggil. Ku kerjapkan kedua mataku. Wanita tua itu terkulai dengan mukenah lusuh nya. Aku berjalan penuh gertar hasrat yang telah lama melunta. Hasrat itu pun pecah memuing ketika Batik itu berada dihadapan ku. Sungguh keindahan yang harus diselamatkan. Sebab batik ini. Warisan leluhur berlian yang kita tempati yang harus dijaga, dipelihara, dilestarikan. Menjaganya merupakan kewajiban kita sebagai orang yang ditinggal di atas berlian ini bukan ?. Jika kita peduli dan berani, siapapun akan gentar tuk merenggut nya.
Mungkin sekarang sudah saatnya kita bicara dari hati ke hati. Bersaksi kejujuran menggunakan nurani. Untuk membuka nasib kita atau anak anak kita di atas berlian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar